Minggu, 17 Februari 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 10. Menu Anak Kecil

Chapter 10. Menu Anak Kecil


“Kau...”

Pak tua ini terdiam kaget ketika aku membawa Raphtalia ke dalam toko senjata. Yep, dengan tujuan untuk menambah ke-efisienannya dalam bertarung... dia memerlukan daya serang yang lebih.
Jadi akan aneh jika tidak membelikannya senjata.

“Berikan aku senjata dengan harga 6 silver yang dapat digunakan oleh gadis ini.”
“... Haaah.”

Pak tua penjaga toko menghela nafas panjang.

“Apa kota ini yang salah, atau kau yang telah menjadi busuk hingga ketulang ... terserahlah, yang penting aku dapat 6 silver.”
“Apa kau masih memiliki sisa pakaian biasa atau jubah?”
“... Jangan dipikirkan. Aku akan memberikannya secara gratis.”

Pak tua bergumam sambil membawa beberapa pisau.

“Ini semua berada dibawah 6 silver sesuai dengan permintaanmu.”

Dari kiri ke kanan, kami melihat pisau yang terbuat dari : copper, bronze, dan besi.
Ini semua memiliki jarak serang yang sama, namun memiliki harga yang berbeda.
Aku meminta Raphtalia menggenggam pisau beberapa kali sebelum memilih, untuk mengetahui pisau mana yang paling nyaman.

“Yang satu ini bagus.”

Muka Raphtalia memucat ketika dia melihatku dan pak tua dengan pisau di tangannya.

“Ini, pakaian dan mantel gratismu.”

Pak tua itu menyerahkannya dengan cara yang kasar, lalu mendorong kami ke ruang ganti.
Aku menyimpan pisau Raphtalia dan memerintahnya untuk mengenakan pakaian yang telah diberikan.
Raphtalia terhuyung sambil batuk saat menuju ruang ganti; kemudian dia selesai berganti.

“Dia masih terlihat berantakan... suatu saat aku harus menyuruhnya mandi.”

Ada sungai yang mengalir di dekat padang rumput.
Di kota ini, sungai terbelah menjadi beberapa bagian dan mengalir dari hilir ke hilir. Tempat berkemahku juga telah pindah ke daerah tersebut.
Itu adalah tempat yang bagus karena aku selalu bisa memancing ikan untuk dimakan.
Sebagian dari ikan yang aku tangkap diserap oleh perisai, dan membuka efek dari ‘perisai ikan’ dan mendapatkan 1 poin memancing sebagai hasilnya.

Raphtalia segera mendekat kepadaku setelah selesai berganti.
Sepertinya dia mengerti bahwa menentangku sama dengan rasa sakit.
Aku berjongkok setara dengan tinggi mata Raphtalia.

“Baiklah Raphtalia, sekarang ini adalah senjatamu. Mulai sekarang, kau dan aku akan bersama bertarung melawan monster. Apa kau mengerti?”

“...”

Raphtalia mengangguk walau dengan mata yang terlihat ketakutan.
Bagus, karena ini akan menyakitkan jika dia tidak menurut.

“Sekarang, dengan pisau yang kau pegang---”

Aku mengeluarkan balon oren yang aku sembunyikan di dalam jubahku dan menempatkannya di depan Raphtalia.
“Tusuk dan tebas benda ini.”
“Hiiii?”

Ketika aku menunjukan monster yang aku sembunyikan, Raphtalia terkejut, berteriak dan menjatuhkan senjatanya.

“Eh...Ti-.... Tidak.”
“Itu adalah perintah. Lakukan!“
“Aku, Aku tidak bias.”

Dia terus menggelengkan kepalanya. Namun, dia justru tersakiti oleh tindakannya sendiri karena segel budaknya.

“Guh...”
“Kemarilah, kau akan terus merasa sakit jika kau tidak membunuh benda ini.”
“*Koho...koho*”

Muka Raphtalia terlihat sangat kesakitan, dia kembali menggenggam senjatanya.

“Kau...”

Pak tua terdiam melihat drama kecil yang kami buat.
Raphtalia membulatkan tekadnya untuk membunuh balon oren yang sedang menggigit lenganku.
Buni... 
<TLN : bunyi memantul>

“Lemah! Gunakan tenagamu!”
“...!? Ei!”

Terkejut, Raphtalia berancang-ancang sebentar. Kemudian dengan momentum yang dia buat, sekali lagi dia menyerang balon menggunakan tenaganya.”
POP! <TLN : yang ini bunyi balon meletus>
Balon itu meledak dengan suara yang keras.


[EXP 1]


Untuk pertamakalinya, sebuah kotak tulisan muncul yang mengindikasi bahwa sekutuku telah mengalahkan musuh.
Dan lagi, kepalaku penuh dengan rasa marah.
Si jalang itu. Dia tidak pernah memiliki keinginan untuk bersamaku ataupun mengajariku bagaimana cara sistem dunia ini bekerja.

“Bagus, kerja bagus”

Aku mengelus Raphtalia.
Kemudian dia melihatku dengan tatapan bingung.

“Baiklah, selanjutnya adalah ini.”

Balon terkuat yang pernah aku temui masih menancap padaku, mencoba untuk menelanku dengan gigitannya.
Aku mengeluarkan balon merah seperti yang aku lakukan pada yang lainnya.
Balon merah ini belum makan ataupun minum apapun, sehingga seharusnya dia telah menjadi lemah.
Namun, benda ini mungkin bisa menahan serangan dari gadis pemula yang sedang sakit.
Bersiap, Raphtalia mengangguk lalu menusuk balon itu dengan cukup kuat.

POP!


[EXP 1]
[EXP Pendamping 6]


Sebuah icon mengalihkan perhatianku.

“Sejauh ini bagus, pertahankan cara bertarung seperti ini, ayo”
“...*Koho*”

Dengan perintahku, Raphtalia menyimpan senjatanya dan berjalan mengikutiku.

“Hah, hey bocah, aku punya pesan untukmu.”
“Apa itu?”

Pak tua itu bergumam dengan wajah yang tidak ramah.

“Jangan mati dengan cara yang tak terhormat, itu saja.”
“Aku akan selalu mengingat kebaikanmu itu.”

Aku mengembalikan sarkasme itu dengan sarkasme juga.
Segera menuju padang rumput, aku melihat banyak warung di pinggir jalan, berderet hingga ke ujung pandang.
Ketika Raphtalia sedang berjalan sambil memegang tanganku, dia terlihat gelisah sambil memandangi perkotaan.
Warung-warung itu mengeluarkan aroma yang menggoda.
Sisa uang ku setelah membeli semua itu tadi : 3 silver... ngomong-ngomong, perutku juga sedikit kosong.
Gu....* <TLN : Suara perut>
Sepertinya suara itu berasal dari Raphtalia.
Aku menatapnya, namun...

“Ah!”

..dia mencoba untuk tidak mengakuinya...
Kenapa dia menahannya.
Untuk sekarang, jika Raphtalia tidak memiliki tenaga untuk mengalahkan musuh, maka aku juga tidak akan mendapatkan pemasukan.
Pisau tumpul tidak akan berguna. Dia tidak akan bisa mengeluarkan tenaganya jika dia lapar.
Aku masuk ke sebuah toko, yang terlihat sesuai dengan uang kami.

“Selamat Da--tang!”

Karena penampilan kami yang lusuh, pelayan mengantar kami ke sebuah meja yang terlihat tidak layak.
Sejak tadi, Raphtalia terus melihat ke arah orang tua dan anak yang duduk di tempat lain.
Dengan jari berada di mulutnya, Raphtalia terlihat iri dengan anak yang memakan menu anak-anak itu.
Sepertinya dia menginginkannya.
Kami duduk dan segera memesan sebelum pelayan kami pergi.

“Etto, aku memesan menu termurah yang berada di sini, dan berikan gadis ini apapun yang dimakan anak itu.”
“!?”

Raphtalia memandangiku dengan tatapan heran. Apa dia terlalu terkejut dengan hal ini?

“Baiklah, totalnya 9 copper.”
“Ini.”

Aku memberikan 1 silver, kemudian pelayan memberikan kembaliannya.
Aku melihat sekeliling toko sambil menunggu pesanan kami datang.

...

Orang disekitar kami memulai gosip mereka setelah melihatku.
Yep, ini benar-benar dunia lain.

“Ke-napa?”
“Hm?”

Aku menatap Raphtalia setelah mendengar suaranya.
Dia menatapku dengan tatapan penuh tanya.

“Kau menginginkan makanan itu kan? atau kau ingin memesan yang lain?”

Raphtalia menggeleng dengan cepat, hingga terdengar suara.

“ke-, kenapa kau membiarkanku memakan makanan itu?”
“Seperti yang aku katakan, aku memesannya karena kau terlihat menginginkannya.”
“Tapi...”

Kenapa dia sungguh bersikap keras kepala seperti itu ?

“Intinya, makan dan dapatkan nutrisi, kau akan mati jika kau kurus.”

Bagaimanapun, karena aku telah membeli budak ini. Aku tidak bisa membiarkannya mati sebelum dia mengembalikan keuntunganku.

“Terimakasih telah menunggu.”

Makanan kami akhirnya datang.
Itu makanan yang aku pesan untuk Raphtalia? 1 porsi daging asap yang berukuran hampir seukuran lengan orang.
Mhm. Tapi nilai yang sesungguhnya adalah rasanya.

“...”

Raphtalia terdiam sambil berpikir “Apa makanan ini benar-benar untuku?”

“Kau tidak ingin memakannya?”
“... Apa benar tidak apa apa?”
“Haah... Tidak apa, makanlah.”

Raphtalia mulai langsung makan...
Muka Raphtalia sedikit berkedut ketika mendengar perintahku.

“Okay.”


Raphtalia mulai makan dengan tangannya.
Yah, bagaimanapun dia telah di besarkan di tempat yang buruk.

Sepertinya gosip di sekitar kita telah bertambah. Namun aku tidak mempermasalahkannya.
Raphtalia mencabut bendera yang berada di pucuk makanannya.

Nyam nyam nyam.

Raphtalia mulai menyantap setiap butir dari makannya.
Jadi mulai sekarang aku akan makan bersama budak ini... itu adalah pikiran yang tidak sengaja terlintas.




TL: LoliLover
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar