Rabu, 27 Juni 2018

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 6 Intermission 4: Mimpi Tentang Hari di Musim Panas

Chapter 6 Intermission 4: Mimpi Tentang Hari di Musim Panas


<TLN: Bab ini agak surealis. Kau sudah diperingatkan>

Mimpi itu, hal yang terjadi dahulu kala, mimpi di hari yang jauh.


“Kau juga, ayo main bersama.”

Aku tertarik dengan seorang gadis pada usia yang sama dan terlihat malu-malu dari balik kotak persembahan kuil suci, jadi aku mengumpulkan keberanian dan mengundang gadis itu untuk bermain.

"Namaku Ichirou. Siapa namamu?"
"Aku •••"
"Hee~, namamu benar-benar terdengar seperti gadis kuil."

Aku membawa gadis itu dengan bergandengan tangan, membawanya ke tanah kuil tempat sepupuku bermain. Awalnya dia diam, tetapi setelah kami mulai memainkan lagu dan petak umpet, dia mengeluarkan senyuman cerah yang tidak akan kalah dengan rambut merahnya yang indah sambil tertawa.

Waktu bersenang-senang cepat berlalu. Matahari telah bersembunyi diantara gunung-gunung.

“Semuanya, ayo segera pulang. Kau juga •••, mari kita pulang bersama sampai tengah jalan.”
“Rumahku ada di sini.”

Gadis itu berkata demikian saat kembali ke kuil.
Aku pasti sudah mendengar nama gadis itu, tetapi aku tidak bisa mengingatnya apa pun yang terjadi.


“Tepat pada saat itu, pangeran muncul, dan mengalahkan dragon jahat dengan satu ayunan pedangnnya.”
“Aku tidak suka cerita itu.”

Sepertinya dia tidak menyukai buku bergambar yang kucoba baca.
Gadis yang merajuk sedikit bermain dengan rambut orange kemerah-merahan sambil cemberut.

“Kuil ini didedikasikan untuk dragon god. Namanya Mizuhana-hime.”

Gadis itu membusungkan dadanya sambil terlihat bangga.

Kuil ini memuja dewa yang di sebut Ama-no-Mizuhana-hime.

“Lalu, lalu. Mizuhana-hime menyebrangi pelangi dan datang ke sini. Dia marah pada seorang pemuda desa yang pergi melihat dia menari di puncak gunung kuil ini.”
“Kenapa dia marah?”

Gadis itu cemberut karena dia tidak bisa mengingatnya.

“Uu~ tidak tahu. Dia marah pasti karena itu tidak bagus! Jangan melihat latihannya katanya.”
“Dia malu ya.”
“Ya, pasti!”

Gadis yang dengan canggung menyilangkan lengan rampingnya mengangguk seolah diyakinkan oleh ceritanya sendiri.

“Dan kemudian! Dewi-sama yang marah berubah menjadi dragon dan terbang ke langit, membawa hujan yang berlanjut selama tiga hari, tiga malam.”
“Eeh~, bukankah baik-baik saja untuk memaafkannya hanya dengan menyentil dahinya.”
“Uu~ tidak apa-apa!  Karena ini adalah legenda!”

Tampaknya pertanyaan retoris berlebihan itu dilarang.

“Pemuda yang melihat tarian di atas gunung ini mati-matian meminta maaf kepada dewi. Dan kemudian, sang dewi memaafkan dan menikahi pria muda itu.”

Aku tidak mengerti. 
Apa? Perkembangan cepat itu. Ceritanya pasti disingkat ya


Didalam kantor kuil, kita makan semangka sambil mendengarkan suara jangkrik sampai telinga kita sakit. Makan dengan penuh semangat sampai ke titik menghancurkan wajahnya yang sedikit lebih tua dariku, dia mengigit semangka dan menyemburkan bijinya.

“Hei, kau perempuan, jadi ambil dengan tanganmu dan kembalikan ke piring.”
“Ichirou baka! Lebih enak makan semangka seperti ini! Hanya anak-anak seperti kita yang diizinkan melakukan ini. Berhenti mengucapkan kata-kata norak itu.”

Dia bereaksi berlebihan sambil bermain-main dengan rambut hijau yang memiliki warna sama dengan kulit semangka.
Gadis ini selalu bersemangat.


Malam di tanah kuil, kami menikmati kembang api sambil diiringi dengan obat nyamuk.
Aku berdebar ketika melihat gadis yang memakai yukata tampak seperti orang dewasa dengan rambut ungunya yang dirajut dan menempel di tengkuknya, membuatnya terlihat sangat anggun.

“Apakah kau tahu Ichirou-kun. Dewa yang diabadikan di kuil ini, Ama-no-Mizuhana-hime. Dia menikai seorang pria muda sejak lama. Namun, karena dia adalah seorang manusia, dia meninggal tidak lama kemudian. Ketika dia sekarang Mizuhana-hime berjanji padanya. [Ketika kau bereinkarnasi suatu saat nanti aku akan kembali ke sisimu] katanya. Bukankah itu romantis?”

Gadis itu berbisik seolah terpesona sambil menatapku dalam posisi duduk. 
Aku berdebar melihat gadis yang jauh lebih tua dariku menunjukkan senyum nakal seperti anak kecil.

“Apakah sesuatu seperti reinkarnasi benar-benar terjadi?”
“Terjadi.”

Gadis itu menegaskan hal itu, menjawab pertanyaanku.

“Tetapi, tidak baik jika dia hanya bereinkarnasi. Rentang kehidupan dewa berbeda dari manusia. Mereka akan terpisah lagi.”
“Bukankah itu akan baik-baik saja jika dia membuat orang yang dia sukai menjadi dewa?”
“Bahkan dewa-dewa tidak cukup kuat untuk memberikan rahmatnya sesuka mereka.”

Kata-katanya sangat bergairah untuk mendinginkannya.

“Ini tidak cukup dengan jiwa satu orang, itu akan membutuhkan lebih banyak.”

Aku agak takut dengan kata-kata itu.


Aku membawa anjing bernama Satou yang kakek itu pertahankan sebagai hewan peliharaan saat menaiki tangga ke tanah kuil.
Ini anjing dengan nama yang aneh. Sepertinya orang yang memberi anjing itu kepada kakek disebut Satou-san. Ini benar-benar seperti keluargaku memberi nama anjing seperti itu.

Aku melewati gerbang kuil tanpa batu merah dan memasuki tanah kuil.

“Ou! Aku sudah menunggu, Satou.”
“Aku sudah katakan untuk memanggilku Ichirou ketika bukan dalam game.”
“Fufun, aku memanggil anjing itu.”
“Apakah itu benar, maka kita tidak usah bermain game hari ini dan bermain di luar dengan anjing.”

Ketika aku menggoda gadis itu, sikap bosnya pecah dan dia menjadi bingung.

“T, tunggu, kalau kita tidak disana, siapa yang akan menyelamatkan Trojam Union dari Akaia Empire.”
“Oke oke, mari kita cari tempat teduh untuk bermain.”

Kami duduk di beranda terbuka kuil yang teduh di tanah kuil. Satou, anjing yang melepaskan tali pengikatnya, berlari di sekitar tanah kuil tanpa kalah dengan musim panas.
Aku mengeluarkan dua konsol portabel dari tas—Aku memberikan salah satu Jiopoke ke gadis itu. Gadis itu suka mendengar suara clicky dari tombol saat dipencet. Dia selalu bersenang-senang dengan mengkliknya dengan jari-jari kecilnya sebelum dinyalakan. Kami menghubungkan dua konsol game dengan kabel dan menyalakannya.

“Oh, ini dimulai.”

Game ini adalah game perang simulasi antariksa dengan Perang Troya sebagai motifnya.
Meskipun merupakan produk untuk anak-anak, ia memiliki konsep mencari musuh dan menambah pasukan.

“Muu, serangan mendadak lain dari luar jangkauan pencarian musuh. Itulah kenapa kau Satou nanoja.”
<TLN: Dia menyebut dirinya dengan ‘warawa’ dan hampir selalu mengakhiri kalimatnya dengan ‘ja’>

Dia mengatakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal.

“Lalu, aku membiarkan kau menggunakan [Map Exploration] sekali di peta berikutnya.”
“Yay, nanoja. Sebaiknya biarkan aku menggunakan [Meteor Bullets] kemudian.”
“Eeh, [Meteor Bullets] dilarang. Situasi akan terbalik dengan cepat.”
“Itu bagian yang bagusnya! Sekali saja. Oke? Tidak apa-apa hanya sekali saja~ Aku ingin menggunakannya.”

Aku akhirnya menyerah pada gadis yang memohon sampai rambut indigonya menjadi acak-acakan. Bahkan lord manor tidak bisa menang melawan anak yang menangis katanya. Aku tidak tahu apa itu lord manor sekalipun.

“Fuhahaha, terima ini nanoja.”

Gadis ini dengan senang hati menggunakan [Meteor Bullets] dan memusnahkan pasukan utamaku.
Dan kemudian, wajahnya terlihat sangat puas ketika dia menangkap kapal perang utamaku yang telah kehilangan semua kekuatannya.

“Aah, [Meteor Bullets] memuaskan. Berkat itu, aku bahkan mendapatkan kapal perang sebagai suvenir.”

Gadis itu bersemangat tinggi, tetapi ketika dia membawa kapal perang ke markasnya, dia berubah menjadi shock.
Game ini mengambil Perang Troya sebagai motifnya. Tentu saja, itu termasuk taktik [Trojan Horse].

“Uwah, robot keluar dari kapal perang. Ah meskipun kapal induk itu baru saja selesai. Jangan, jangan menyerang pabrik itu, tidak~~~.”

Setelah robot menghancurkan peralatan di dalam pasukannya, kekuatan utamaku yang aku sembunyikan diserang. Meskipun dekat, entah bagaimana aku menang pada akhirnya.

“Uu, kau kejam. Aku tidak menahan diri melawan seorang gadis.”
“Dengar, bukankah tidak sopan untuk tidak bertarung dengan segenap kekuatanku dalam pertempuran.”
“Fuhn nanoja, aku benci Satou. Aku akan menaruh kutukan sehingga kau akan selalu bersama dada rata seumur hidupmu.”

Itu kutukan yang keras bahkan untuk lelucon. Kyonyuu idola adalah gadis paling populer di kelasku.
Mari kita mainkan game lain disini untuk mengubah percakapan.

“Ya,ya, bisa kita memainkan game yang berbeda selanjutnya?”
“Game apa?”
“Ini disebut RPG, ini adalah game yang membuatmu lemah di awal, membiarkanmu menjadi lebih kuat dengan mengalahkan musuh kecil, dan mengalahkan demon lord pada akhirnya.”

Ini deskripsi yang singkat jika aku mengatakannya sendiri.

“Ooh, mengalahkan demon lord ya! Itu hebat! Ngomong-ngomong, bisakah kita mengalahkan demon god?”
“Ada berbagai tipe bos tersembunti di game ini, dan karena ada dewa dan demon god juga kalau aku tidak salah, kita seharusnya bisa.”
“Itu bagus! Oke, ayo kita lakukan itu Satou! Cepat mulai!”

Semangatnya selalu tinggi, tetapi hari ini tetap tidak tergoyahkan. Aku menemani gadis itu bermain game sampai malam hari tiba.
Main game hanya satu jam sehari, kau tidak mungkin melakukannya kan.


Gadis itu sedang membaca sebuah buku tebal di tepi air mancur kecil di sudut tanah kuil.

“Selamat pagi, apa yang kau baca hari ini?”
“Umu, ada tulisan [God is Dead] ketika aku ngantuk sehingga itu membuatku tertarik.”
“Heeh, bisakah dewa mati?”
“Umu, mereka bisa. Namun, itu hanya sekarat. Jika kau meninggalkan mereka sendirian mereka akan dihidupkan kembali. Karena dewa itu abadi.”
<TLN: Kanji yang sama dengan satou yang immortal /abadi>
“Bisakah kau mengatakan itu sekarat? Apa kondisi kematian lainnya?”
“Yah, mereka mati secara fisik. Begitu mereka mati, dewa menjadi tubuh roh, mereka mempersiapkan jiwa mereka sendiri, membuat tubuh baru, dan menyelesaikan kebangkitannya. Walaupun jika mereka dewa kelas atas, mereka tidak perlu melalui prosedur menjengkelkan seperti itu. Bahkan jika mereka mati, mereka akan segera dihidupkan kembali karena mereka secara universal diakui di dunia.”

Lalu, gadis itu tertawa, ‘kufufu’.

“Sama sepertimu.”

Mataku terbuka lebar karena kata-kata tidak terduga itu.

“Ya, kau Ichirou tidak peduli era atau dunia manapun. Omnipresensi seolah melebihi ruang-waktu, tidak peduli betapa berbedanya aku, kita selalu berhubungan dan menjadi teman.”

Sebelum aku bisa mendengar arti kata-katanya, suara ibunya memanggil bisa kita dengar.

“Fumu, sudah waktunya.”

Rambut biru misterius gadis itu menjadi hitam seolah-olah meneteskan tinta.
Sepertinya aku satu-satunya yang melihat rambutnya dengan warna berbeda.

Dan kemudian, gadis berambut hitam itu berbicara padaku dengan sopan seolah dia adalah orang asing.

“Hey, Suzuki-kun. Jika kau tidak keberatan, apakah kau mau melihat tarian Kagura-ku?”

Tari Kagura? Ah, tari kagura ya.
Dia dengan malu menarik ujung bajuku, dan aku yang terpesona dengan senyumnya yang malu, mengikutinya ke panggung di dalam kuil.

Gadis itu berganti pakaian menjadi pakaian gadis suci dan mulai menari di atas panggung.

“Tarian Hikaru semakin baik, kan?”
“Ya, dia terlihat seperti gadis kuil profesional-san.”
“Ufufu, itu mungkin bukan pekerjaan karena dia tidak mendapatkan uang, tetapi gadis itu adalah gadis kuil asli. Tarian ini demi turunnya dewa ke tubuh seseorang. Lihatlah dengan baik dan tanamkan ke ingatan mu, Satou. Ini akan berguna untukmu suatu hari nanti.”

Orang yang duduk disebelahku yang berkonsentrasi menonton tarian, aku tidak tahu apakah dia ibu gadis itu, atau apakah itu sesuatu yang lain.
Daripada mendengarkan kata-kata yang penuh teka-teki, aku menonton tarian teman masa kecilku dengan seluruh tubuhku.


Aku sedang melihat mimpiku dari sudut pandang orang ketiga.
Meskipun aku tidak bisa mengingat namanya lagi, teman masa kecilku seharusnya memiliki rambut hitam. Umurnya seharusnya sama denganku.
Ingatan masa laluku pasti tercampur dengan galge yang memiliki kuil dalam tahapannya, itu game yang kubuat sendiri selama kuliah. Itu normal dalam game untuk memiliki karakter dengan rambut berwarna-warni seperti itu.

Namun, aku bertanya-tanya ada apa dengan bagian yang tidak ada hubungannya dengan game?

[Lupakan saja Ichirou, sampai waktunya tiba. Tanamkan kenangan tentang kami jauh didalam hatimu.]

Kesadaranku tenggelam dalam tidur nyenyak mendengar suara-suara nostalgia.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar